Selasa, 02 Oktober 2012

Kutemukan Cahaya Cinta di Halaqoh

0 komentar
Oleh : Jukhri Syahputra Bancin


             Berawal dari hari-hariku yang penuh dengan kesenangan dunia yang ku agungkan, aku merasa dunia ini adalah segala-galanya. Tapi ternyata penilaianku salah. Ketika itu selembar kertas pengumuman menempel disuatu Majalah Dinding (Mading) sekolahku, yang dulunya aku tak pernah mendengar pengumuman itu, ternyata isi pengumamn tersebuat adalah ajakan untuk mengikuti sebuah pesantren kilat di bulan Ramadhan 1431 H. Tetapi bukan pesantren kilat namanya, panitia memberi nama Pondok Indah Ramadhan (PIR) yang pada tahun itu baru beranjak ke season 4. Awalnya tak acuh dengan kegiatan itu, namun entah kenapa ingin rasanya mengikuti kegiatan itu, disamping penasaran karena namanya yang terasa aneh bagiku. Aku pun berusaha mencari alamat pendaftarannya yang tertera di pengumuman itu. Maklumlah, saat itu aku lebih lama diperantauan daripada kampung sendiri.
          Lelah kumencari ke sana-sini alamat pendaftarannya, Alhamdulillah akhirnya kutemukan juga alamat yang kucari-cari, ternyata itu adalah sebuah markaz dakwah. Aku bertanya-tanya pada hari itu “Markaz dakwah kok banyak mainan anak-anak ya....?” heheh.... Tetapi aku tak peduli dengan pertanyaanku sendiri. Niatku disini hanya ingin mengikuti kegiatan yang tertera di pengumuman tadi pagi, tidak ada pertanyaan lain yang aneh-aneh.  Setelah lama melihat-lihat, akhirnya aku menemukan salah satu panitia yang menunggu pendaftaran acara itu, dan aku pun berbincang-bincang lama dengan panitia itu mengenai kegiatan yang mereka adakan. Tidak lama kemudian, karena merasa bosan aku pun izin pulang. Sebelum pulang salah satu dari mereka memberikan formulir pendaftarannya serta surat izin dari orang tua untuk mengikuti acara itu.
            Ditengah perjalanan dengan motor yang sering kubawa, aku teringat dengan kawan-kawan dan aku berniat mengajak mereka mengikuti kegiatan itu. Setelah beberapa lama di atas motor aku bertemu dengan mereka, yang pada saat itu mereka sedang asyik menobrol. Awalnya mereka tak setuju untuk mengikuti acara itu, aku pun berusaha mencari jalan agar mereka mau mengikutinya. Salah satu dari mereka setuju yang akhirnya semua kawan-kawanku ikut dalam acara itu. Kami berlima akhirnya mengikuti acara itu.
            Diakhir acara itu ada pembagian kelompok-kelompok yang awalnya aku tak mengerti kelompok apa itu. Aku mendapat kelompok bersama ustadz Lukman Sari, SE. Satu dua kali pertemuan berjalan dengan lancar, tapi pertemuan selanjutnya aku tak pernah hadir lagi. Setelah beberapa bulan meninggalkan kelompok, perasaan hati tak tenang karena tidak mengikuti kelompok itu. Dan akhirnya aku kembali ikut dalam kelompok yang lain dari ajakan kawan tentunya, entah kenapa aku lebih merasa nyaman setelah mendalamani kelompok itu, ternyata kelompok yang aku bangga-banggakan mempunyai nama lain yakni Halaqoh atau Liqa’  aku baru sadar bahwa itulah nama lain dari kelompok  itu. Aku pun semakin bersemangat utuk melakoninya, tetapi hanya beberapa bulan berjalan tiba-tiba aku berhenti tak tau apa yang terjadi. Aku bingung harus dimana lagi aku menemukan dan mencari Halaqoh seperti itu yang telah membukakan hati ku, apakah aku harus menunggu acara PIR 6  tahun depan?  itu mustahil bagiku. Tekadku untuk mencari ilmu kala itu sangat tinggi, sehingga aku tak peduli apa kata orang, akhirnya ada kawan yang memberikan masukan dimana aku harus menemukan halaqoh. Dan Alhamdulillah akhirnya aku dapat juga menemukannya.
            Aku merasa senang, karena bertemu dengan orang-orang yang luar biasa, aku sangat bersyukur pada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan untuk berkumpul dan satu Halaqoh serta dapat bergabung bersama orang yang luar biasa bagiku. Murabbi-ku (Guru) kala itu adalah Ustadz Adnan,S.Ag. Pertemuan pertama kami hanya bertukar pikiran bagaimana kedepannya Halaqoh ini.
            Intifadho, nama halaqoh-ku yang diambil dari tekad yang kuat dan kreatifitas dari kawan-kawanku untuk berbuat kebaikan. Dengan adanya nama Liqa’ yang luar biasa ini kami pun semakin bersemangat untuk selalu Liqa’ dan di Tarbiyah ini. Karena Murabbi-ku (guru) sering mengatakan kepada kami “Tarbiyah bukan segalanya, tetapi segala sesuatu berawal dari tarbiyah”  begitulah awal kecintaan ku pada tarbiyah yang diberikan Murabbi-ku. Dan karena Tarbiyah-lah aku dapat meraih jejak-jejakku yang membanggakan, Alhamdulillah.
            Usai sholat isya, rutinitas ini tak asing lagi aku lakukan sebagai penyeimbang hari-hariku dalam sepekan. Sudah pastinya aku ingin menjadi mentor yang baik dan orang yang bermanfaat bagi masyarakat, jadi aku harus banyak bersabar untuk mencapai impian yang gemilang itu. Malam itu juga aku melihat kawan-kawan se-Halaqohku yang sudah pada berkumpul ditempat biasa kami bertemu. Sambil menunggu kawan yang lain kami asyik ngobrol sana sini satu dengan yang lain. Tidak lama kemudian kami telah berkumpul semuanya dirumah sang Murabbi, dan kami bersiap-siap menyimak materi yang diberikan Murabbi untuk kami bawa pulang pastinya sebagai oleh-oleh kami. Dan untuk dapat kami amalkan di aktivitas sehar-hari tentunya.
            Materi yang pernah diberikan murabbi-ku  di majlis ilmu ini sangatlah luar biasa mulai dari Tafsir Al-Qur’an, Tahsin, Hadist-hadist, kemudian Ma’rifatullah, ma’rifaturrasul, ghozul fikri, dan masih banyak materi yang luar biasa yang diberikan kepada kami yang memenuhi aktivitas kami sehari-hari. Di dalam Halaqoh ini selain aku mendapatkan ilmu dari sang Murabbi, yang lebih asyiknya lagi kami bisa curhat dengan Murabbi baik seputar sekolah/kampus, masalah sosial di lingkungan masyarakat, atau masalah seputar persahabatan bahkan masalah pernikahan juga boleh  hehe...
            Begitulah kami para haus ilmu, yang tiada henti-hentinya mencari ilmu dan tak pernah berhenti menyusuri lembah-lembah yang berduri hanya untuk mendapatkan ilmu, baik ilmu yang berbicara tentang dunia maupun yang berbicara tentang akhirat. Sungguh luar biasa memang Tarbiyah ini, nyesal dech kalau gak mengikutinya. Karena kami ingin mencari ilmu seperti lyirik lagu maidany “Jejak”
                        Menapaki langkah-langkah berduri
                        Menyusuri rawa lembah dan hutan
                        Berjalan diantara tebing jurang
                        Semua dilalui demi perjuangan
                        Letih tubuh didalam perjalanan
                        Saat hujan dan badai merasuki badan
                        Namun jiwa harus terus bertahan
                        Karena perjalanan masih panjang
            Dalam tarbiyah ini aku merasakan keseimbangan Ruhiyyah (Keimanan) dengan membaca Al-Qur’an, dan Al-Ma’tsurat, Fikriyah (pemikiran) dengan materi tarbiyah dan Jasadiyah (fisik)  atau Rihlah (jalan-jalan/ travelling) ataupun Riyadhoh (olahraga) karena keseimbangan inilah aku mengenal siapa diriku.
            Maka dari itu tidak ada alasan bagiku untuk tidak Tarbiyah lagi, walaupun aku jauh diperantauan tetapi tekad untuk Halaqoh tak akan aku sirnakan. Walaupun hujan badai yang menghadang, karena aku ingin mencapai kesuksesan dan impian ku. Seperti lyirik lagu izzatul islam .
                        Ribuan langkah kau tapaki
                        Pelosok negri kau sambangi
                        Tanpa kenal lelah jemuh
                        Sampaikan firman tuhanmu
                        Terik matahari tak surutkan langkahmu
                        Deru hujan badai tak lunturkan azzammu
                        Raga kan terluka tak jerihkan nyalimu
                        Fatamorgana dunia tak silaukan pandangmu
                        Semua makhluk bertasbih
                        Panjatkan ampun bagimu
                        Semua makhluk berdoa
                        Limpahkan rahmat atas mu....
            Oleh karena itu aku tak ragu lagi untuk hidup bersama Tarbiyah ini yang menjadikan buah cinta kepribadianku. Insya allah aku akan selalu mencintai Tarbiyah ini .


Ditulis Oleh : Jukhri Syahputra Bancin
Continue reading →

Labels