Oleh : Jukhri Syahputra Bancin
Berawal dari hari-hariku yang penuh dengan kesenangan dunia yang ku agungkan, aku merasa dunia ini adalah segala-galanya. Tapi ternyata penilaianku salah. Ketika itu selembar kertas pengumuman menempel disuatu Majalah Dinding (Mading) sekolahku, yang dulunya aku tak pernah mendengar pengumuman itu, ternyata isi pengumamn tersebuat adalah ajakan untuk mengikuti sebuah pesantren kilat di bulan Ramadhan 1431 H. Tetapi bukan pesantren kilat namanya, panitia memberi nama Pondok Indah Ramadhan (PIR) yang pada tahun itu baru beranjak ke season 4. Awalnya tak acuh dengan kegiatan itu, namun entah kenapa ingin rasanya mengikuti kegiatan itu, disamping penasaran karena namanya yang terasa aneh bagiku. Aku pun berusaha mencari alamat pendaftarannya yang tertera di pengumuman itu. Maklumlah, saat itu aku lebih lama diperantauan daripada kampung sendiri.
Lelah
kumencari ke sana-sini alamat pendaftarannya, Alhamdulillah akhirnya
kutemukan juga alamat yang kucari-cari, ternyata itu adalah sebuah markaz dakwah.
Aku bertanya-tanya pada hari itu “Markaz dakwah kok banyak mainan anak-anak ya....?” heheh.... Tetapi aku tak peduli
dengan pertanyaanku sendiri. Niatku disini hanya ingin mengikuti kegiatan yang tertera di pengumuman tadi
pagi, tidak ada pertanyaan lain yang aneh-aneh.
Setelah lama melihat-lihat, akhirnya aku menemukan salah satu panitia
yang menunggu pendaftaran acara itu, dan aku pun berbincang-bincang lama dengan
panitia itu mengenai kegiatan yang mereka adakan. Tidak lama kemudian, karena merasa bosan aku pun izin pulang. Sebelum pulang salah satu dari mereka memberikan formulir
pendaftarannya serta surat izin dari orang tua untuk mengikuti acara itu.
Ditengah
perjalanan dengan motor yang sering kubawa, aku teringat dengan kawan-kawan dan
aku berniat mengajak mereka mengikuti kegiatan itu. Setelah beberapa lama di atas motor aku bertemu dengan mereka, yang pada saat itu
mereka sedang asyik menobrol. Awalnya mereka tak setuju untuk mengikuti acara itu, aku pun
berusaha mencari jalan agar mereka mau mengikutinya. Salah satu dari mereka setuju yang
akhirnya semua kawan-kawanku ikut dalam acara itu. Kami berlima akhirnya
mengikuti acara itu.
Diakhir
acara itu ada pembagian kelompok-kelompok yang awalnya aku tak mengerti
kelompok apa itu. Aku mendapat kelompok bersama ustadz Lukman Sari, SE. Satu dua kali pertemuan berjalan dengan
lancar, tapi pertemuan selanjutnya aku tak pernah
hadir lagi. Setelah beberapa bulan meninggalkan
kelompok, perasaan hati tak tenang karena tidak mengikuti kelompok itu. Dan
akhirnya aku kembali ikut dalam kelompok yang lain dari ajakan kawan tentunya, entah
kenapa aku lebih merasa nyaman setelah mendalamani kelompok itu, ternyata
kelompok yang aku bangga-banggakan mempunyai nama lain yakni Halaqoh
atau Liqa’ aku baru sadar bahwa
itulah nama lain dari kelompok itu. Aku
pun semakin bersemangat utuk melakoninya, tetapi hanya beberapa bulan berjalan
tiba-tiba aku berhenti tak tau apa yang terjadi. Aku bingung harus dimana lagi
aku menemukan dan mencari Halaqoh seperti itu yang telah membukakan hati
ku, apakah aku harus menunggu acara PIR 6 tahun depan?
itu mustahil bagiku. Tekadku untuk mencari ilmu kala itu sangat tinggi,
sehingga aku tak peduli apa kata orang, akhirnya ada kawan yang memberikan
masukan dimana aku harus menemukan halaqoh. Dan Alhamdulillah
akhirnya aku dapat juga menemukannya.
Aku
merasa senang, karena bertemu dengan orang-orang yang luar biasa, aku sangat
bersyukur pada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan untuk
berkumpul dan satu Halaqoh serta dapat bergabung bersama orang yang luar
biasa bagiku. Murabbi-ku (Guru) kala itu adalah Ustadz Adnan,S.Ag. Pertemuan
pertama kami hanya bertukar pikiran bagaimana kedepannya Halaqoh ini.
Intifadho,
nama halaqoh-ku yang diambil dari tekad yang kuat dan kreatifitas dari
kawan-kawanku untuk berbuat kebaikan. Dengan adanya nama Liqa’ yang luar
biasa ini kami pun semakin bersemangat untuk selalu Liqa’ dan di Tarbiyah
ini. Karena Murabbi-ku (guru) sering mengatakan kepada kami “Tarbiyah
bukan segalanya, tetapi segala sesuatu berawal dari tarbiyah” begitulah awal kecintaan ku pada tarbiyah
yang diberikan Murabbi-ku. Dan karena Tarbiyah-lah aku dapat
meraih jejak-jejakku yang membanggakan, Alhamdulillah.
Usai
sholat isya, rutinitas ini tak asing lagi aku lakukan sebagai penyeimbang
hari-hariku dalam sepekan. Sudah pastinya aku ingin menjadi mentor yang baik
dan orang yang bermanfaat bagi masyarakat, jadi aku harus banyak bersabar untuk
mencapai impian yang gemilang itu. Malam itu juga aku melihat kawan-kawan se-Halaqohku yang sudah pada
berkumpul ditempat biasa kami bertemu. Sambil menunggu kawan yang lain kami
asyik ngobrol sana sini satu dengan yang lain. Tidak lama kemudian kami telah
berkumpul semuanya dirumah sang Murabbi, dan kami bersiap-siap menyimak
materi yang diberikan Murabbi untuk kami bawa pulang pastinya sebagai
oleh-oleh kami. Dan untuk dapat kami amalkan di aktivitas sehar-hari
tentunya.
Materi
yang pernah diberikan murabbi-ku di majlis ilmu ini sangatlah luar biasa mulai
dari Tafsir Al-Qur’an, Tahsin, Hadist-hadist, kemudian Ma’rifatullah,
ma’rifaturrasul, ghozul fikri, dan masih banyak materi yang luar biasa yang
diberikan kepada kami yang memenuhi aktivitas kami sehari-hari. Di dalam Halaqoh
ini selain aku mendapatkan ilmu dari sang Murabbi, yang lebih asyiknya
lagi kami bisa curhat dengan Murabbi baik seputar sekolah/kampus, masalah sosial
di lingkungan masyarakat, atau masalah seputar persahabatan bahkan masalah
pernikahan juga boleh hehe...
Begitulah kami para haus ilmu, yang
tiada henti-hentinya mencari ilmu dan tak pernah berhenti menyusuri lembah-lembah
yang berduri hanya untuk mendapatkan ilmu, baik ilmu yang berbicara tentang
dunia maupun yang berbicara tentang akhirat. Sungguh luar biasa memang Tarbiyah ini, nyesal dech kalau gak mengikutinya.
Karena kami ingin mencari ilmu seperti lyirik lagu maidany “Jejak”
Menapaki langkah-langkah berduri
Menyusuri rawa lembah
dan hutan
Berjalan diantara tebing
jurang
Semua dilalui demi
perjuangan
Letih tubuh didalam
perjalanan
Saat hujan dan badai
merasuki badan
Namun jiwa harus terus
bertahan
Karena perjalanan masih
panjang
Dalam tarbiyah ini aku merasakan
keseimbangan Ruhiyyah (Keimanan)
dengan membaca Al-Qur’an, dan Al-Ma’tsurat, Fikriyah (pemikiran) dengan materi tarbiyah dan Jasadiyah (fisik)
atau Rihlah (jalan-jalan/
travelling) ataupun Riyadhoh (olahraga)
karena keseimbangan inilah aku mengenal siapa diriku.
Maka dari itu tidak ada alasan
bagiku untuk tidak Tarbiyah lagi, walaupun aku jauh diperantauan tetapi tekad untuk Halaqoh
tak akan aku sirnakan. Walaupun hujan badai yang menghadang, karena aku ingin mencapai
kesuksesan dan impian ku. Seperti lyirik lagu izzatul islam .
Ribuan
langkah kau tapaki
Pelosok
negri kau sambangi
Tanpa
kenal lelah jemuh
Sampaikan
firman tuhanmu
Terik
matahari tak surutkan langkahmu
Deru
hujan badai tak lunturkan azzammu
Raga
kan terluka tak jerihkan nyalimu
Fatamorgana
dunia tak silaukan pandangmu
Semua
makhluk bertasbih
Panjatkan
ampun bagimu
Semua
makhluk berdoa
Limpahkan
rahmat atas mu....
Ditulis Oleh : Jukhri Syahputra Bancin